Breaking News

,

BOSSCHA Pendiri Gedung Merdeka

Laras Post Online - Konferensi Tingkat tinggi negara nagara Asia Afrika baru saja berrakhir. Perhatian lebih dua milyar orang di seluruh dunia pada hari-hari itu tertuju ke sana. Keputusan politik dan seruan bangsa-bangsa Asia Afrika dihasilkan sebagai pelengkap Dasa Sila Bandung yang dicetuskan pada Konferensi Asia Afrika pertama pada 1955 yang berlangsung di Gedung Merdeka itu.

Tapi tampaknya ada satu nama yang dilupakan, bahkan tidak pernah disinggung sekali pun oleh ratusan media massa cetak dan elektronik yang mengais berita di sana pada acara 60 tahun KAA. Dia memang bukan peserta, juga bukan pencetus ide, bukan pula penyelenggara, tapi tanpa dia barangkali Republik ini cukup kesulitan menyelenggarakan Konferensi yang menggemparkan dunia saat itu. Namanya juga bahkan tidak terbaca di Museum Konefernsi Asia Afrika.

Dia adalah Karel Albert Rudolf Bosscha. Ia lahir oi Den Haag, 15 Mei 1865. Putra dari seorang professdor fisika. Pada usia 22 tahun ia datang ke Indonesia, bukan sebagai pegawai pemerintah kolonial. Ia lebih memilih menjadi seorang pengusaha perkebunan dan mendirikan NV Assam De Onderneming Malabar di Pangalengan, Bandung Selatan. Letaknya tidak jauh dari perkebunan teh dan kina milik saudara sepupunya Eduard Kerkhoven di Gambung dan Arjasari, Garut.

Bosscha adalah orang Belanda pengusaha yang sangat memikirkan selain bangsanya, juga nasib bangsa pribumi. Ia mendirikan Gedung Merdeka yang semula bernama Societeit Concordia, tempat berkumpulnya orang-orang Belanda yang jauh dari tempat kelahiran mereka. Tahun 1901 ia mendirikan Sekolah Rakyat bagi anak-anak pekerja teh. Gedung sekolah itu masih ada sampai sekarang, yaitu SD Malabar II.  Tahun 1920 ia mendikan Technisse Hogesschool yang kemudian menjadi Institut Tekhnologi Bandung (ITB) di mana Presiden Pertama RI Ir Sokarno dan perintis kemerdekaan yang lain bersekolah. Di instituit ini ia mendirikan Laboratoium Bosscha.

Ia kemudian mendirikan Rumah Sakit yang sekarang bernama RS Hassan Sadikin, dan juga Rumah Sakit Mata Cicendo. Karena perkebunan milik Boscha dan sauidara sepupunya Eduard makin maju, maka pemerintah kolonial merasa perlu mendirikan jalan kereta api untuk memperlancar pengangkutan hasil perkebunan. Berikut Pos dan telekomunkasi untuik melayani lebih 90 perkebunan di bumi Periangan.

Nama Bosscha juga tidak tercatat dalam museum Konferensi Asia Afrika yang di sebelah tempat berlangsungnya Konferensi sekarang sebagai pendiri gedung itu. Pada hal Museum ini merupakan  museum satu-satunya yang berada di Kota Bandung  terletak di jalan Asia Asfrika no. 65 itu dan merupakan memorabilia KAA yang merupakan bagian dari Gedung Merdeka yang didirikan Bosscha.            

KAA yang diselengarakan di Bandung pada tanggal 18 � 24 April 1955 mencapai kesuksesan besar dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika, mau pun dalam, ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia. Konferensi ini menghasilkan Dasa Sila Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya.

Jiwa dan semangat konferensi Bandung telah berhasil memperbesar volume kerja sama antar bangsa-bangsa Asia dan Afrika, sehingga peranan dan pengaruh mereka dalam hubungan percaturan internasional meningkat dan disegani.

Riwayat Gedung Merdeka.
Tahun 1895 Bosscha mendirikan Gedung Merdeka debagai tempat berkumpulnmya orang-orang Eropa, terutama Belanda yang tinggal di Bandung dan sekitarnya yang sebagian adalah pengusaha kebun teh, selain opsir Belanda. Mereka mendirikan sebuah perkumpulan yang dikenal dengan nama Societeit Concordia pada 29 Juni 1879.  Semula merelka biasa berkumpul di rumah makan De Vries. Tapi sejak didirikan gedung baru oleh Bosscha mereka pindah ke sana.

Awalnya gedung ini sederhana terbuat dari papan dan penerangannya menggunakan lentera minyak tanah. Bangunan ini berada di sudut di jalan Grotepostweg dan Bragaweg. Tahun 1921 Gedung itu dibangun kembali dengan gaya arsitektur modern Art Deco. Dengan arsitek C. P. Wolf Schoemaker menjadikan gedung pertemuan istimewa yang berlantai marmer Italia dengan lampu hias kristal sehingga menjadi tempat pertemuan termegah di Nusantara.

Tahun 1940 Societeit Concordia kembali mengalami perubahan dengan gaya arsitektur International Stylle., Arsiteknya A. F. Albers.  Dinding tembok plesteran dengan atap mendatar tampak depan bangunan terdiri dari garis dan elemen horisontal. Sedangkan bagian gedung bercorak kubistis. Pada masa pendudukan Jepang gedung ini berganti nama menjadi Dai Toa Kaikan difungsikan sebagai Pusat Kebudayaan. Sempat dijadikan Markas para Pemuda Indonesia saat mengambil alih kekuasaan dari Jepang.

Tahun 1949 Gedung ini dperbaiki dan digfuingsikan kembali sebagai Societeit Concordia, tempat 
pertemuan orang-orang Eropa dan kembali diselenggerakan pertunjukkan kesenian sebagai semula.

Tahun 1954 pemerintah Indonesia menetapkan Bandung sebagai tempat konferensi KAA maka gedung ini terpilih sebagai tempat berlangsungnya konferensi bersejarah itu, karena gedung milik Bosscha ini adalah gedung tempat pertemuan umum yang paling basar dan paling megah di Bandung bahkan di seluruh Indonesia. Apalagi letaknya berdekatan denmgan Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger. Untuk keperluan itu gedung ini dipugar Jawatan Pekerjaan Umum Jawa Barat dipimpin Ir R. Srigati Santoso.

Tanggal 7 april 1955, 11 hari sebelum konferensi berlangsung Presiden Soekarno meresmikan pergantian nama gedung ini menjadi Gedung Merdeka!
(Sumber lapangan, wawancara penjaga Rumah Bosscha Pangalengan, Hotels Restaurant Tourism Office Media Museum KAA, prasasti di makam Bosscha di Perkebunan Teh Malabar) .

Tidak ada komentar