Breaking News

,

Oknum Staff Komisi C DPRD SUMUT Terkesan Arogan

Ketua LWI Sumut, Osriel Limbong SPd MSi : Oknum Staff Komisi C DPRD Sumut Perlu Penyesuaian Perilaku
Medan, Laras Post Online - Terkait perilaku aneh Dede Syahrial oknum staff Komisi C DPRD-SU (Sumatera Utara) yang melakukan pengusiran terhadap wartawan Harian Simantab, saat menjalankan fungsi dan tugasnya meliput Rapat Dengar Pendapat (RDP) baru-baru ini. 

Terkait hal iru Ketua DPD Lembaga Wartawan Indonesia (LWI) Sumut, Osriel Limbong SPd.MSi Rabu (1/4)  memberi tanggapan bahwa, oknum staff tersebut perlu mengikuti pendidikan penyesuaian perilaku. Dikarenakan beliau selaku PNS dan bekerja di rumah rakyat bukan di kantor-kantor pemerintahan yang harus mengikuti undang-undang protokoler.

"Posisi Dede sebagai staff Komisi C harus dievaluasi oleh Sekwan. Itu rumah rakyat bukan kantor Pemerintahan, sistemnya harusnya jauh berbeda dengan kantor Gubernur atau kantor-kantor pemerintahan lainnya. Oleh karenanya setiap staff yang bekerja di rumah rakyat seharusnya mendapatkan pembekalan dan pendidikan penyesuaian prilaku,� ujar Osriel.

Tidak boleh arogansi seperti itu. Apalagi kita mendapatkan informasi setiap tamu yang masuk juga harus dipertanyakan identitasnya dan meninggalkan KTP atau kartu pengenal di pintu masuk gedung DPRD-SU. Ada apa ini, sepertinya kantor DPRD-SU sudah berubah fungsi dari peruntukannya yang sesungguhnya memberikan kebebasan kepada rakyat menyampaikan aspirasi, malah yang terjadi dibuat pengetatan terhadap setiap tamu yang masuk, yang imbasnya juga dirasakan rekan-rekan kalangan Pers. Sehingga menimbulkan kesan kalau Gedung DPRD-SU seperti Istana Pribadi milik segelintir orang. Kalau sudah seperti ini maka sudah pantas Kantor DPRD-SU juga diganti saja namanya, kata Osriel, sembari mengingatkan kalau pekerjaan wartawan itu ruang lingkupnya sangat luas, tidak bisa dibatasi oleh kebijakan sepihak salah satu instansi maupun institusi.

Saharuddin, salah satu saksi mata yang melihat langsung atas peristiwa pengusiran terhadap wartawan harian Simantab, ketika diminta tanggapannya mengatakan hal tersebut tidak pantas ditiru oleh staf lainnya. Hanya seorang staf saja kok kewenangannya melebihi Randiman Tarigan selaku Sekwan DPRD Sumut.

�Saya ada disitu. Anehnya diajaknya pula si Anton untuk duel, mendengar itu spontanitas saja saya langsung nasehati si Anton jangan dilayani,� ucapnya sembari mengatakan staf DPRD Sumut perlu di-Revolusi Mental.

Perlu disadari, kebebasan bagi masyarakat untuk mendapatkan dan memberikan informasi merupakan hasil dari era keterbukaan, oleh karenanya wartawan bekerja bebas dari rasa takut, intimidasi maupun teror pihak-pihak tertentu.

�Kok tamu yang diutamakan, itu kan alasan yang tidak mendasar. jadi wartawan dianggap apa? Ini merupakan pelecehan profesi jurnalistik sepatutnya disadari bahwa ini rumah rakyat,� tegasnya.

Pemberitaan Harian Simantab sebelumnya, Nuraini Kasubag Humas DPRD-SU menegaskan, wartawan tidak boleh diusir saat melakukan peliputan RDP (Rapat Dengar Pendapat). Nuraini mengatakan bahwa Pers dalam menjalankan tugasnya dilindungi oleh UU Pers.

"Undang-undang seperti dan aturannya disini juga wartawan yang melakukan peliputan saat berlangsungnya RDP, tentu tidak boleh diusir. kalau itu terjadi maka oknum yang melakukan pengusiran akan kita panggil dan akan ditegur. Kita juga sudah memanggil Dede atas adanya pemberitaan yang kita baca. Namun Dede mengatakan tidak bermaksud mengusir wartawan tetapi mendahulukan memfasilitasi tamu yang datang. Sehingga mungkin saja komunikasinya penyampaiannya yang kurang pas sehingga membuat ketersinggungan. Ya Dede tidak bermaksud mengusir, tetapi sebentar dulu kebetulan saya lagi dipanggil ini," ungkapnya membeberkan upaya yang sudah dilakukan pihak Kehumasan.

Kronologis dari peristiwa pengusiran wartawan itu terjadi berawal dari adanya RDP (Rapat Dengar Pendapat) antara Komisi C DPRD-SU dengan Dirlantas Poldasu, Dispenda Provsu dan PT Jasa Raharja. Ketika itu Wartawan Simantab memasuki ruangan yang masih minim dengan kehadiran para orang penting tersebut, baik itu dari anggota Dewan sendiri maupun tamu undangan.

Namun demikian, pimpinan rapat Ajie Karim dan Chaidir Ritonga tetap saja melangsungkan RDP tepat waktu dan menakhodai pembahasan yang mengulas dan mencari berbagai solusi dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara yang diketahui 2 tahun belakangan ini tidak mencapai target sesuai yang diharapkan.

Setahu bagaimana, begitu wartawan mulai disibukkan mencatat berbagai pandangan maupun kritik positif yang disampaikan sejumlah anggota Dewan yang hadir. Tiba-tiba Dede staff Komisi C DPRD-SU, oknum berkacamata minus itu mendatangi wartawan dan meminta wartawan untuk meninggalkan kursi yang diduduki dengan alasan bahwa ada staff honorer dari kehumasan yang akan masuk yang menurutnya lebih berkompeten dan pantas untuk duduk dikursi itu ketimbang wartawan. Mengetahui hal ini Wartawan Simantab pun menuruti permintaan Dede.

Hanya saja kemudian para staff Honorer dari kehumasan yang ditugaskan lebih memilih mengambil kursi dari luar ruangan RDP dan kemudian menempatkannya sesajar dengan kursi yang sudah sempat ditinggalkan wartawan. Melihat kursi yang diduduki wartawan tidak berpenghuni, lalu wartawan kembali kekursi tersebut. Namun lagi-lagi Dede mendatangi wartawan dan meminta wartawan agar kembali meninggalkan kursi itu, dengan alasan kalau ada staff Dispendasu yang dianggap lebih penting untuk diberikan fasilitas.

Merasa tidak senang perlakukan sebagai warga kelas III, di Negara Indonesia merdeka ini. Kemudian wartawan melakukan protes dan meminta Dede menjelaskan mengapa hanya wartawan Simantab saja yang dianak-tirikan padahal ada beberapa wartawan lain yang duduk di ruangan tersebut, tetapi tidak pernah diusir oleh Dede.

Parahnya, malah Dede mengatakan jangan merepet. Jika tidak senang diberitakan saja karena menurutnya dirinya sudah terbiasa bolak-balik diberitakan wartawan. Bahkan Dede mengajak wartawan keluar untuk duel jika merasa tidak senang.

Karena ditantang demikian dengan tetap menjaga sikap, wartawan pun mempersilahkan Dede memberikan pukulan terbaiknya dan memilih sesuka hatinya, jika memang dirinya merasa sudah paling hebat di Gedung DPRD-SU tersebut. Oleh wartawan dan beberapa staff lain kemudian pertengkaran tersebut dilerai sehingga tidak sampai berlanjut kepada hal yang tidak diinginkan. (TIM SUMUT)

Tidak ada komentar